Rabu, 05 Juni 2013

5 juni 2013

Hujan masih sempat tertawa ketika aku kedinginan bersama seorang waria di amperan jalan semolowaru. aku masih merasa risih ketika lelaki itu menatapku, entah apa yang ada dalam benak manusia langkah yang sulit dimengerti ini. Lalu aku dengan rasa penasaranku mencoba bercakap meski dengan jantung yang berdetak menindih bunyi gemuruh.
aku menatap mata sayu yang asing itu, bibir tebalku seolah ditarik kail dari awan yang menabur tetes kehidupan. aku berbincang seolah akrab, dengan bahasa yang khas dari kaumnya, laki-laki itu bercerita lika-liku kehidupan yang menurutku tak biasa. hiduo yang ia jalani aku pikir tak sesulit hidup yang aku jalani. dia tidak pernah depresi memikirkan angka-angka yang pangkatnya tak berhingga. ia tidak harus merancang sistem pembangkit aneh yang kadang sulit direalisasikan dan bahkan ia tak harus bangun pagi di hari senin untuk sekedar menyapa dosen.

hahaha, entahlah apa yang spesial dari lelaki ini hingga tuhan menjebaknya bersamaku disini. Adzan isya' memutus obrolan yang tak seseru final liga champion ini. aku melihat sebuah kain gelap ia(laki-laki yang terjebak bersamaku) keluarkan dari tas merah jambu yang ia kenakan. sebuah sarung dan sajadah yang katanya tak pernah lupa ia bawah meski sedang berpura-pura tidak menjadi dirinya. dia sempat mengajakku untuk melawan hujan demi menghadap tuhan yang tak benar-benar aku percaya. 

bukan aku seorang yang syirik, tapi aku sudah terlanjur sakit hati pada tuhan. lupakan tentang masalahku dengan tuhan, lalu apa kabar lelaki gemulai tadi? dengan heran aku bermain dengan akalku. apakah yang akan dia lakukan?relakah dia mengorbankan baju anggunnya serta dandanan minornya demi tuhannya? lalu lelaki itu berlari kearah mesjid yang tak terlalu dekat dengan posisi kami berteduh. sementara aku masih mengumpat dengan hujan yang seolah menahan agar aku tak pernah sampai. tak lama lelaki itu kembali dan dengan wajah yang mirip dengan wajahku ketika melihat IPSku tahun lalu. ya wajah sedih karena kecewa itu kembali kulihat. Dengan terbata dia bercakap tentang anaknya yang sedang dekat dengan malaikat maut. Dia berani beralih kelamin demi anak yang hampir pasti bertemu tuhannya dan dia tidak pernah mengeluh sekeras aku pada tuhan. 

entahlah apa maksud dari obrolan kami sepanjang hujan tadi, tapi aku harus bergegas untuk sampai karena aku sudah berjanji.
http://www.iconspedia.com/uploads/12789365491822702177.png

Rabu, 29 Mei 2013

29 mei 2013

setelah ini aku akan benar-benar sendiri
memang seperti inilah aku
berawal dari kesendirian,
dan akan berakhir pula oleh kesendirian

jika saja aku tak terbatas
jika aku tak serba kurang
jika aku sama seperti kalian
aku masih sangat ingin tertawa bersama
aku sangat ingin berpetualang
menapak alam, tenggelam dalam kebersamaan
bercumbu dengan akal, bebaskan pikiran dari belenggu kenyataan

setelah ini aku akan menghilang
benar-benar hilang
hingga bulan tak pernah sadar bahwa bintang diculik awan
hingga pagi tak juga sadar bahwa malam telah menghilang

aku ingin memberi kenangan, bukan tangisan
tolong ceritakan bahwa pernah ada aku
pernah ada bahagia
pernah ada kehebohan
pernah ada petualangan
pernah ada kebersamaan
pernah tercipta keluarga

salam untuk teman-teman yang jarang aku lupakan
sampai jumpa di kehidupan yang lebih kekal
dan terimakasih untuk semua kenangan


salam damai
SUDAHRA
http://www.iconspedia.com/uploads/12789365491822702177.png

Senin, 08 April 2013

Ceritaku tentang “aku” dan “pendapatku”



Semester 6, tanpa disadari aku hampir 3 tahun menindih bangku cokelat bekas pantat orang-orang hebat. Ruang ber-AC kadang membuatku terlalu nyaman dan lupa akan asal, bahwa aku hanya seorang ndeso yang dengan keberuntungan tingkat dewa bisa bertemu calon-calon dewa. Tugas-tugas kecil dari dosen kadang terlalu menyibukkanku hingga tak sempat tidur untuk bermimpi tugas besar sebagai seorang mahasiswa. Aku terlalu sering diadili karena tanggungjawab-tanggungjawab kecil tanpa sekalipun ditanyai tanggungjawab besar sebagai seorang mahasiswa. Haha lupakan saja mengenai keluhan-keluhan kecilku tadi, jangan sampai keluhan-keluhan itu membuatku lupa dengan keluhan berjuta pasang mata tanpa harap disekitar istana penyamun.
Aku adalah pengamat yang tak terlalu baik, tapi mata julingku ini masih dengan jelas melihat tengadahan tangan, dengan jelas pula melihat kemegahan raja dan ratu kampus yang berlari angkuh melindas gundukan harapan di sepanjang jalan-jalan berlubang. Aku juga seorang pendengar yang baik, telinga sempitku masih mampu menangkap rintih-rintih kaum ibu yang membanting harga untuk susu dan makan anaknya. Aku juga masih sanggup mendengar lantunan puisi para pencuri dari stasiun televisi yang sibuk memperkaya diri. Haha lupakan saja semua curhatanku, bahkan aku jarang mendengar curhatan kawanku sendiri.
Kadang aku heran, para petinggi-petinggi itu terlalu berharap banyak pada mahasiswa-mahasiswa sepertiku. Mereka berharap aku dan generasiku akan mengubah nasib kaumnya. Sedang aku dan geneasiku juga berharap mereka mampu terbitkan kebijakan ampuh untuk hapus ribuan keluh dari jutaan buruh. Kami saling melempar tanggungjawab tanpa ada yang menangkap, haha bola akan mudah disergap oleh bule-bule bejat yang akan membuat kita semakin melarat.
Hah, entahlah. Aku ingin fokus pada diriku, keluargaku dan karirku. Semoga suatu saat aku bisa berbuat untuk “kita” tanpa melupakan “mereka”. 
http://www.iconspedia.com/uploads/12789365491822702177.png
 
Back To Top